Kam. Mar 23rd, 2023

Kuningan, MI.id – Asep Dheny Perupa asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat menggelar Pameran Tunggal Republik Sandal Jepit di Gedung Museum Basuki Abdulah Jl Keuangan Raya no.19 Cilandak Jakarta Selatan, selama dua pekan, 16 – 29 Juli 2022.

Pameran tunggal bertajuk “Sepele Tapi Penting” ini dikuratori oleh Seniman Drs Puguh Cahyono Sadari Warudju, M.Sn, yang menggambarkan perjalanan hidup dan kehidupan yang penuh makna.

Baca juga :

Asep Dheny di sela-sela pameran menuturkan, sandal atau alas kaki yang satu ini dikenal  orang sebagai Sandal Jepit. Sebuah alas kaki berbahan karet dengan tali pengikat satu di depan dan dua di belakang. “Agar nyaman dan enak dipakainya, salah satu bagian talinya dijepit oleh jempol dan telunjuk kaki.” ujar dia.

Dari kalangan masyarakat bawah hingga kalangan atas pernah punya atau memakai sandal jepit. Bahkan saking merakyatnya, sering juga disebut sebagai sandal sejuta umat. Oleh karena itu, tidak heran jika saya mengistilahkan “Republik Sandal Jepit”.

Bukan tentang bentuknya yang sederhana, tapi seringnya dipakai. Ia mampu memberikan kenyamanan, kebahagiaan dalam situasi dan kondisi apapun.

Karya Asep Dheny, Perupa asal Kabupaten Kuningan sedang di pamerkan dalam Pameran Tunggal “Republik Sandal Jepit” di Gedung Museum Basuki Abdulah Jl Keuangan Raya no.19 Cilandak Jakarta Selatan, selama dua pekan, 16 – 29 Juli 2022.

“Sederhana yang saya simbolisasikan dengan sandal jepit ini bukan berarti hidup dalam kesengsaraan, kemiskinan, ataupun serba kekurangan, tetapi kesederhanaan pola pikir dan pola hidup yang proporsional, tidak berlebihan, dan mampu memprioritaskan sesuatu yang lebih dibutuhkan.” Imbuh dia.

Mungkin terdengar klise ketika sandal jepit dijadikan sumber inspirasi dan dimaknai sebagai perantara “rasa” untuk mengetengahkan keindahan dalam bentuk media yang terindera yang mewakili suatu konsep estetika tertentu dalam menyampaikan pesan yang multi interpretasi.

Berangkat dari realitas bahwa medium kultural dalam menghadirkan karya, membutuhkan mitra dialog. Dari sini, sandal jepit dipandang sebagai pengejewantahan suatu dialektika perjalanan hidup dan kehidupan, fenomena sosial, motivasi dan filosofi yang bisa terinderai menuju wilayah pemaknaan.

“Saya teringat kepada sang guru, Alm. Aan Sugiantomas dalam tulisannya pada pameran tunggal pertama saya, “Eksplorasi Ujug-ujug Kaligane” tahun 2014 silam di Kuningan.” tutur Asep.

“Beliau mengatakan, kekuatan seseorang dalam berkesenian bukan soal dia punya tak berhingga ide, seabreg teknis media, segila kreatifitas, segudang literatur teori, pun sekerap diskusi-diskusi kesenian, tapi barangkali tak henti berkarya sepanjang nafas hidupnya, itu lebih penting,” ungkap Asep.

Pada prinsipnya, manusia dapat melihat ataupun merasakan keindahan, namun banyak dari mereka yang tak mengerti arti penting dari keindahan itu.

Memang memaknai keindahan itu kompleks, karena keabstrakan dan  keluasannya. Tapi di sisi lain, ia sangat jelas dan nyata. Mari kita lihat keindahan itu sebagai kekuatan kreatif, “Sepele tapi Penting”, pungkas dia seraya mengajak para penikmat rupa untuk mengapresiasi Pameran Republik Sandal Jepit. (H Wawan Yr)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *