Sen. Mar 20th, 2023

Kuningan, MI.id – Menyambut peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 77 mendadak muncul puluhan pedagang kaki lima (PKL) penjual bendera merah putih membanjiri Kota Kuningan. Bahkan tersebar di beberapa titik sudut kota dan kecamatan.

Pedagang musiman ini ternyata tidak hanya di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, tapi tersebar ke seluruh Nusantara, dari ujung Sumatra hingga Papua.

Salah satu pedagang, Ibeng Setiawan (56) asal Leles Garut, saat ditemui diatas trotoar Jalan Siliwangi Kuningan, Jumat (5/8/2022) menuturkan, ia bersama puluhan PKL musiman lainnya datang dari Garut.

Baca Juga :

“Setiap menjelang HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus, saya terbiasa menjajakan bendera merah putih beserta pernak-pernik lainnya seperti, umbul-umbul, background dan bendera merah putih mini untuk dipajang di mobil.” tutur Ibeng.

Ia pun menyebutkan, harga jual bendera dengan ukuran bervariasi mulai 90 – 120 – 150  sampai 180 cm dibandrol mulai Rp 25 ribu sampai Rp 60 ribu.

Begitu pun umbul-umbul tarifnya relatif terjangkau, sedangkan kain hias panjang merah putih ukuran 5 – 10 meter dijual antara Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu keatas.

“Bendera dan pernak-pernik ini, didapat dari produsen terbesar di Leles Garut yang dipasarkan oleh PKL di seluruh peloksok negeri,” tutur Ibeng.

“Sebenarnya jualan bendera ini, hanya selingan saja dan agenda rutin setiap tahun. Lumayan hasilnya buat nambah “dapur ngebul” dan biaya kuliah anak”,tutur Ibeng yang terdampar di kota Kuningan sejak 24 tahun silam sebagai pengrajin stempel.

“Alhamdulillah berkat ketekunan dan kerja keras sebagai PKL, sekarang tidak harus nyewa rumah lagi dan anak cikal saya, Galang Mahardika sudah lulus kuliah dengan bea siswa ke Thailand dari Uniku jurusan bahasa Inggris dengan hasil cumlaude . Sekarang menyusul anak bungsu kuliah di Fakuktas Hukum Uniku,” jelas Ayah dari dua anak ini.

Luka liku mencari ‘sesuap nasi’ kenang Ibeng, diawali ikut kakak jualan pakaian jadi, lalu saya mencoba mandiri membuat dan menjual lukisan, tapi ternyata kurang peminat, akhirnya saya buka kios mini ukuran 1 X 1,5 meter.

“Mangkal di atas trotoar dekat jembatan Merah Citamba. Dari kios itulah saya mulai menerima pesanan stempel,” ujar mantan mahasiswa ‘DO’ jurusan Senirupa ITB ini.

Lumayan pesanan selalu ada, baik dari  pemerintah kabupaten sampai desa dan lembaga maupun organisasi swasta dll.  Mengenai tarip tergantung pesanan yaitu @ Rp 50 ribu/manual, Rp 75 ribu/digital dan ukuran khusus bisa Rp 100 ribu lebih. (H Wawan Jr)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *